Sosiologi - adalah pengetahuan atau ilmu tt sifat, perilaku, dan perkembangan
masyarakat; ilmu tt struktur sosial, proses sosial, dan perubahannya;
-- kota sosiologi perkotaan; -- makro pengetahuan tt sistem sosial secara total yg mencakup semua aspek masyarakat; -- mikro pengetahuan tt sistem sosial dng melihat secara khusus salah satu aspek dl masyarakat; -- murni
sosiologi yg menitikberatkan orientasinya pd pengembangan dan
pembentukan teori yg abstrak dan tidak langsung berhubungan dng hal-hal
yg praktis; -- perdesaan cabang sosiologi tt masalah kehidupan, ekonomi, sosial, dan politik dl masyarakat desa; -- pendidikan spesialisasi dl ilmu sosiologi yg mengkaji sikap dan tingkah laku masyarakat yg terlibat dl sektor pendidikan dl masyarakat; -- perbandingan cabang sosiologi tt persamaan dan perbedaan dua masyarakat atau lebih; -- perkotaan cabang sosiologi yg mengamati pembentukan dan pertum-buhan kota serta kehidupan penduduknya; -- politik ilmu tt asas-asas sosial dr kekuasaan dl segala pranata yg ada di masyarakat; -- sastra
sastra karya para kritikus dan sejarawan yg terutama mengungkapkan
pengarang yg dipengaruhi oleh status lapisan masyarakat tempat ia
berasal, ideologi politik dan sosialnya, kondisi ekonomi serta khalayak
yg ditujunya; -- terapan cabang sosiologi yg memanfaatkan
penemuan di bidang sosiologi untuk keperluan praktis atau untuk
menunjang kebijaksanaan di bidang sosial; -- Komunikasi adalah cabang dari sosiologi yang mempelajari
bagaimana proses pertukaran pesan/informasi terjadi dalam masyarakat.; -- Agama adalah suatu cabang sosiologi umum yang mempelajari masyarakat agama
secara sosiologis guna mencapai keterangan-keterangan ilmiah dan pasti,
demi kepentingan masyarakat agama itu sendiri dan masyarakat luas pada
umumnya.
Kamis, 04 Oktober 2012
Rabu, 03 Oktober 2012
Pemuda : Agent of Change
Sejak dahulu kala, bahkan jauh sebelum agama Islam muncul di muka bumi, para
nabi dan rasul telah diutus untuk menyampaikan wahyu Alloh SWT dan syari’at-Nya
kepada umat manusia. Para rasul itu adalah orang-orang terpilih dari kalangan
pemuda. Di antara mereka ada yang diberi kemampuan luar biasa dalam berargumen
dan berdebat, sebelum usianya genap delapan belas tahun.
Nabi Ibrahim a.s., misalnya, seperti dijelaskan dalam Al-Qur’an, adalah
pemuda yang sering berdebat dengan kaumnya, menentang peribadatan kepada
patung-patung yang tidak dapat bicara, memberi manfaat dan mudharat (QS
Al-Anbiya:60-67). Kita juga ingat kisah Ashabul Kahfi – yang tergolong pengikut
Nabi Isa a.s. Mereka adalah anak-anak muda yang menolak kembali agama nenek
moyang mereka, menolak menyembah selain Alloh SWT. Mereka bermufakat
mengasingkan diri dari masyarakat dan berlindung dalam suatu gua, karena jumlah
mereka relatif sedikit yakni tujuh orang di antara masyarakat penyembah berhala.
Fakta sejarah ini terekam jelas dalam Al-Qur’an surat Al Kahfi ayat 9-26, yang
di antaranya :
”(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam
gua lalu mereka berdo’a : ‘Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari
sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami
(ini)’.” (Q.S. Al-Kahfi : 10)
“Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya.
Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka
(Sang Pencipta), dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk”. (Q.S.
Al-Kahfi : 13)
Potensi Besar Pemuda-Mahasiswa dalam Kehidupan
Masyarakat
Demikian keadaan dan peran golongan pemuda. Kiprah mereka telah terukir indah
dalam tinta emas sejarah. Mereka merupakan tonggak dan potensi besar suatu
kehidupan. Terlebih kelompok pemuda seperti mahasiswa; karena, selain diharapkan
oleh umat, peranan mereka pun sangat didambakan oleh kelompok masarakat lainnya
sebagai pionir perubahan ke arah yang lebih baik. Posisi mereka sebagai
“mahasiswa” memang menjadi peluang bagi mereka untuk mengembangkan potensi
sebesar-besarnya. Tidak heran jika perubahan sosial politik diberbagai belahan
dunia dipelopori oleh gerakan pemuda-mahasiswa. Sebagian sahabat yang menyertai
Rasulullah SAW dalam memperjuangkan Islam – yang akhirnya berhasil menguasai
lebih dari dua pertiga belahan bumi – adalah para pemuda yang menjadi murid
(mahasiswa) Rasulullah SAW.
Secara fitra, masa muda merupakan jenjang kahidupan manusia yang paling
optimal. Dengan kematangan jasmani, perasaan dan akalnya, sangat wajar jika
pemuda-mahasiswa memiliki potensi yang besar dibandingkan dengan kelompok
masyarakat lainya. Kepekaan yang tinggi terhadap lingkungan banyak dimiliki
pemuda mahasiswa. Pemikiran kritis mereka sangat didambakan umat. Di mata umat
dan masyarakat umumnya, mereka adalah agen perubahan (agent of change)
jika masyarakat terkungkung oleh tirani kezaliman dan kebodohan. Mereka juga
motor penggerak kemajuan ketika masyarakat melakukan proses pembangunan. Tongkat
estafet peralihan suatu peradaban terletak di pundak mereka. Baik buruknya nasib
umat kelak, bergantung pada kondisi pemuda dan mahasiswa sekarang ini.
Namun, potensi tinggallah potensi. Ibarat pedang yang sangat tajam;
ketajamannya tidak menjadi penentu bermanfaat-tidaknya pedang tersebut. Orang
yang menggenggam pedang itu-lah yang menentukannya. Pedang yang tajam terkadang
digunakan untuk menumpas kebaikan dan mengibarkan kemaksiatan, jika dipegang
oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Sebaliknya, jika berada di tangan orang
yang bertanggung jawab, ketajaman pedang itu akan membawa manfaat. Demikian juga
dengan potensi mahasiswa. Potensi yang begitu hebat itu bisa dipergunakan untuk
menjunjung tinggi kebaikan, bisa juga untuk memperkokoh kejahatan dan
kedurjanaan. Itulah sebabnya, begitu banyak contoh pemuda-mahasiswa yang berjasa
menjadi pilar penentu kemajuan suatu peradaban, tetapi tidak sedikit di antara
mereka yang mengakibatkan runtuhnya sendi-sendi peradaban, dan menghancurkan
kemuliaan suatu tatanan kehidupan.
Jadi, potensi yang dimiliki oleh pemuda-mahasiswa haruslah diarahkan untuk
menyokong dan mempropagandakan nilai-nilai kebaikan. Seorang mahasiswa muslim
tentunya akan berada di garis depan untuk membela, memperjuangkan, dan
mendakwahkan nilai-nilai Islam. Seorang mahasiswa muslim tidak layak hanya
berpangku tangan dan bermalas-malasan di tengah kemunduran umat yang sangat
memprihatinkan ini. Seorang mahasiswa muslim jangan sampai menjadi penghalang
kemajuan Islam dan perjuangan kaum muslimin. Na’udzubillah.
Menyorot Realitas Pemuda-Mahasiswa Muslim Kini
Kita akui, pengaruh sistem kehidupan yang berlaku dalam suatu kurun kehidupan
sangat berpengaruh terhadap pemahaman dan perilaku manusia yang hidup pada zaman
tersebut. Hal ini berlaku pula bagi pemuda-mahasiswa. Format kehidupan mahasiswa
sekarang, sedikit banyak telah terpengaruh oleh sistem kehidupan yang berlaku
sekarang, yaitu sistem demokrasi kapitalis.
Kalau memperhatikan apa yang terjadi di kampus-kampus di negeri ini, secara
umum, paling tidak kita akan menemukan adanya beberapa kelompok mahasiswa muslim
yang pemahaman dan kecenderungannya relatif berlainan. Citra dan cita-cita
mereka juga relatif berbeda sesuai dengan landasan pemikiran yang
mendasarinya.
Kelompok pertama, adalah mereka yang merasa tidak puas
dengan kondisi sekarang, lalu melakukan berbagai perubahan. Mereka
melihat bahwa sistem kehidupan yang berlaku sekarang hanya melahirkan
penderitaan dan kesengsaraan yang berkepanjangan. Arah perubahan ynag mereka
inginkan ada yang tidak terlepas dari format ideologi kapitalis, ada juga yang
terpengaruh ideologi sosialis.
Haluan politik kapitalis berjalan seiring dengan format demokrasi yang mereka
terjemahkan sesuai dengan kondisi di negeri ini. Kelompok demokrat ini memang
lebih menginginkan agar demokrasi yang ada benar-benar ditegakkan. Isu-siu bahwa
kedaulatan dan kekuasaan di tangan rakyat, bahwa rakyatlah yang paling berhak
menentukan arah pemerintahan, paling sering mereka teriakkan dengan lantang.
Terhadap berbagai masalah kemasyarakatan, isu hhak asasi manusia (HAM) juga
sering mereka jadikan bukti lemahnya penerapan demokrasi; terlepas dari paham
atau tidaknya mereka akan hakekat demokrasi dan aturan produk barat lainnya.
Adapun yang terpengaruh oleh sosialis mengehendaki perubahan yang lebih
radikal. Mereka menuntut perubahan tatanan kehidupan melalui revolusi. Menurut
mereka, suksesi kepemimpinan mestinya segera dilakukan. Cara yang mereka lakukan
tidak jarang mengarah kepada pengrusakan, dengan membangkitkan emosi massa.
Kerugian akibat aksi-aksi yang mereka lakukan tidak sedikit. Berbagai isu
kesenjangan sosial dan kasus kerusuhan yang melibatkan massa menajdi sarana
subur utnuk aksi mereka. Jurus mereka kerap kali memancing di air keruh.
Apapun alasannya, cara-cara yang ditempuh kelompok mahasiswa ini tidak bisa
dibenarkan oleh Islam. Landasan perjuangan kelompok tersebut jelas tidak sesuai
dengan pandangan Islam. Sebab, ide-ide sosialis ataupun kapitalis, termasuk
demokrasi serta ide-ide yang terlahir darinya seperti HAM, pluralisme, dan
lain-lain, merupakan pemahaman Barat yang kufur yang sangat bertentangan dengan
Islam. Haram bagi kaum muslimin mengambil pemahaman dan aturan-aturan yang bukan
berasal dari Islam. Alloh SWT berfirman :
“Apa yang diperintahkan Rasul kepadamu maka laksanakanlah. Dan apa yang
dilarangnya maka tinggalkanlah.” (Q.S. Al-Hasyr :
7)
Hal lain yang sangat kita sayangkan, tidak sedikit mahasiswa muslim yang
turut mempropagandakan dan memperjuangkan paham-paham tersebut. Di antara mereka
ada yang melakukannya karena ikut-ikutan saja, karena kebodohannya, dan ada juga
karena memang ingin memperjuangkannya. Akibatnya, secara tidak langsung, mereka
menjadi prototipe dan agen-agen Barat dalam menyebarkan paham-paham yang
sebenarnya merupakan racun bagi kaum muslimin.
Kelompok kedua adalah mereka yang cuek terhadap kondisi
kehidupan masyarakat. Yakni, mereka yang tidak peduli dengan penderitaan dan
kesengsaraan masyarakat. Bagi mereka yang penting selamat. “Ngapain
susah-susah mikirin nasib kaum muslimin yang lain. Mikirin diri sendiri aja udah
susah.
Memang sistem kapitalis yang menyetir pola kehidupan sekarang melahirkan
degradasi nilai-nilai kemanusiaan. Sistem ini memang berhasil memberikan nilai
materi yang cukup berlimpah. Namun, ternyata keberhasilan itu hanya diraup oleh
segelinitr orang yang ‘kuat’, sementara mayoritas rakyat hidup dalam
kesengsaraan. Lapangan pekerjaan semakin sempit, pengangguran kian membludak,
dan berbagai tindak kriminal mulai menjadi wabah sosial kemanusiaan.
Kondisi seperti ini hanya akan melahirkan sistem individualis yang semakin
tajam. Setiap manusia –termasuk mahasiswa- lalu berpikir pintas untuk
‘menyelamatkan’ diri, dan akhirnya tidak peduli dengan keadaan lingkungan.
Standar perbuatan mereka adalah manfaat. Bagi mereka, yang penting bermanfaat
dirinya dan tidak merugikan orang lain. Bagi mereka pacaran tidak menjadi
masalah, asal tidak hamil dan tidak menimbulkan ‘masalah’. Kelompok ini memang
benar-benar ingin ‘menikmati’ dan hidup tenteram dalam kondisi sekarang. Mereka
tidak peduli kenikmatan hidupnya itu diraih di atas penderitaan orang lain.
Bagi kelompok mahasiswa seperti ini ‘keberhasilan studi’ merupakan cita-cita
yang paling dijunjung tinggi dan senantiasa jadi haluan perjuangannya. Bagi
mereka, standar keberhasilan itu adalah meraih nilai studi yang
setinggi-tingginya. Sains memang cukup mereka ‘kuasai’, namun keilmuannya itu
tidak berpengaruh terhadap perilaku mereka dalam kehidupan masyarakat. Dalam
studinya, kelompok ini memang relatif banyak berhasil; namun mereka belum mampu
memenuhi dambaan dan harapan umat.
Kehidupan mahasiswa kelompok ini hanya berkisar antara kampus dan rumah.
Angan-angan mereka –kalau sudah lulus kelak- adalah pekerjaan yang mantap dengan
gaji yang besar, istri yang cantik, fasilitas yang mewah, dan anak-anak yang
lucu dan manis. “Persetan dengan lingkungan! Yang penting aku, istriku,
anak-anakku, dan keluargaku ‘aman’!”
Cara hidup kelompok ini jelas tidak dibenarkan oleh Islam. Dalam Islam tidak
dikenal sistem kehidupan individualis. Kehidupan masyarakat dalam Islam tidak
membeda-bedakan apakah seorang itu mahasiswa, pelajar, karyawan, atau lainnya.
Semuanya bertanggung jawab terhadap kondisi lingkungan di sekelilingnya.
Rasulullah SAW mengingatkan :
“Barang siapa bangun pagi hari dan hanya memperhatikan masalah
dunianya, maka orang tersebut tidak berguna apa-apa di sisi Allah. Barang siapa
tidakpernah memperhatikan urusan kaum muslimin yang lain, maka tidak termasuk
golonganku”. (HR. Thabrani dari Abu Dzar Al-Ghifari)
Kelompok ketiga adalah mereka yang ‘terbius’ sehingga
terjerat dan terjerumus dalam bejatnya sistem kehidupan masa kini.
Sistem kapitalis yang mengagung-agungkan materi, telah mencabut niali-nilai
kehidupan lainnya, baik nilai-nilai akhlaq, kemanusiaan, dan kerohanian (agama).
Korban-korban sistem ini sudah cukup bergelimpangan.
Sebagai contoh, tidak sedikit mahasiswa yang terjerumus dalam pemakaian
obat-oabat terlarang. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang terjerat dalam
sindikat pengedar yang berskala internasional.
Mereka yang terjerumus dalam sek bebas tidak kalah mengerikan. Hasiltemuan
FKM UNAIR menyebutkan bahwa pengidap AIDS sebagian besar kalangan remaja. Dari
100 responden remaja yang diteliti, FKM menyimpulkan bahwa 22,9 persen remaja
usia 15 – 19 tahun telah terkena virus HIV/AIDS, sedangkan remaja usia 20 – 24
tahun yang terjangkit mencapai 77,1 persen. Fantastis dan sungguh mengerikan.
Atau kita juga sangat dikejutkan oleh peristiwa yang menjijikkan, peristiwa VCD
porno Itenas 1 Bandung dan Itenas 2 Medan. Sungguh memalukan dan mengerikan.
Tawuran remaja yang tadinya hanya merupakan tren remaja-remaja SMU, kini
sudah diikuti oleh mahasiswa di perguruan tinggi. Bahkan yang sangat menggelikan
sekaligus memprihatinkan, sekitar dua bulan yang lalu, mahasiswa ITS yang cukup
tersohor dengan teknologinya itu ikut-ikutan tawuran. Sungguh memalukan!
Kejadian-kejadian di atas hanya sekedar contoh kasus betapa kelompok
mahasiswa yang demikian ini kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Kasus
aborsi, skandal dan jaringan seks bebas, perampokan, pembobolan bank,
penodongan, dan tindak kriminal lainnya tidak jarang dilakukan oleh
pemuda-mahasiswa.
Kelompok keempat adalah kelompok pemuda-mahasiswa yang
peduli lingkungan dan sadar akan kerusakan dan kebrobokan sistem yang ada akibat
tidak diberlakukannya aturan Islam dalam realitas kehidupan. Dengan
pemahaman terhadap kenyataan seperti itu, disertai pendalaman terhadap tsaqofah
Islam, mereka melakukan perjuangan dakwah, menyeru umat untuk kembali kepada
Islam. Meskipun jumlahnya tidak terlampau besar, peranan mereka sangat
diharapkan umat untuk melakukan perubahan kehidupan masyarakat ke arah yang
Islami.
Alhamdulillah, di berbagai perguruan tinggi perkembangan mereka cukup
menggembirakan. Bahwa berjilbab itu merupakan kewajiban bagi seorang muslimah
sudah menjadi opini yang tidak terbantahkan lagi. Sungguh menyedihkan kalau di
antara mahasiswi muslim ada yang belum paham bahwa jilbab itu wajib. Padahal,
jika hal itu dilalaikan, Allah SWT akan menurunkan azab yang sangat pedih.
Begitu juga, gerakan-gerakan kebangkitan Islam cukup santer di berbagai
perguruan tinggi. Gerakan keIslaman yang berasal dari Timur Tengah ataupun
bercorak lokal semakin bermunculan. Semuanya menyuarakan kebangkitan Islam.
Pemahaman Islam yang mereka raih bukan pemahaman yang bersifat ‘abangan’.
Meskipu belajar di perguruan tinggi umum, kitab-kitab kuning yang berbahasa Arab
–baik dari kalangan fuqaha tempo dulu maupun para mujtahid abad 20- pun menjadi
santapan keseharian mereka.
Meskipun masih terdapat berbagai perbedaan visi tentang kebangkitan dan
metode yang mereka lakukan, kelompok terakhir ini merupakan kelompok dambaan
ummat menuju kemuliaan hidup . Umat Islam tidak mungkin bangkit dengan mengadosi
aturan-aturan yang bukan berasal dari Islam, baik dari paham kapitalis mapun
sosialis.
Ketahuilah, umat Islam tidak mungkin meraih kemulaiaan kalalu umatnya hanya
memperhatikan kepentingan pribadi. Islam mustahil akan muncul dari
generasi-generasi yang telah “ sekarat” karena korban kedurjanaan sistem
kapitalis. Islam hanya akan bangkit melalui manusia-manusia yang ikhlas
mewakafkan kehidupannya demi tegaknya Islam. Islam akan jaya di tangan mereka
yang memegang Islam walaupun bagai memegang bara api. Meskipun secara materi
kondisi mereka terkadang menyedihkan, perjuangan mereka tak pernah redah; karena
mereka mendambakan kemuliaan surga yang dijanjikan Alloh SWT. Mereka yakin akan
janji Allah SWT dalam Al-Qur’an :
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta
mereka dengan memberikan surga untuk mereka”. (QS. At-Taubat :
111).
Khatimah
Demikianlah kondisi realita pemuda-mahasiswa yang terlahir dan hidup pada
saat ini. Citra keIslaman mereka tidak sedikit yang tererosi dan terdegradasi
oleh budaya-budaya asing yang membius dan meracuni harapn dan cita-cita mereka.
Cinta mereka terwarnai kasih sayang semu, cinta produk manusia. Cinta yang lahir
dari napsu demi kenikmatan sesaat. Cinta yang berakhir dalam kehampaan dan
kegersangan.
Meskipun demikian, masih ada mahasiswa dan
mahasiswi yang masih teguh memegang dan mempertahankan –dengan sekuat tenaga dan
segala kemampuan- citra mereka yang hakiki sebagai muslim. Merekalah
the real agent of change
. Semoga
Alloh SWT senantiasa menyertai mereka. Amin Ya Robbal ‘Alamin.
Wa Allohu a’lam bi as-showab
Langganan:
Postingan (Atom)